Gerakan Sejuta Habibie
Yayasan Pendidikan Eropa Indonesia (YPEI)
menggagas sebuah program “Gerakan Mencetak Sejuta Habibie Untuk
Indonesia”. Ide ini untuk memberikan banyak tamatan SMA terbaik di
seluruh Indonesia memiliki akses dan kesempatan luas untuk menimba ilmu
di negara-negara maju.
YPEI bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mensukseskan program
beasiswa Sejuta Habibie Untuk Indonesia. Salah satu program beasiswa
yang saat ini gencar dilakukan adalah secara rutin memberikan beasiswa
kursus bahasa (Jerman-Perancis-Inggris-Belanda).
Yayasan persiapan IELTS, TOELS & SAT kepada lebih dari 1.000
siswa-siswi SMA di Seluruh Indonesia agar dapat memiliki kemampuan
bahasa asing sebagai syarat untuk dapat melanjutkan studi S1, S2 dan S3
di berbagai perguruan tinggi ternama di negara Eropa khususnya di Jerman
dan Perancis.
"Berdasarkan data statistik menunjukkan bahwa di Amerika, jumlah
mahasiswa asal Cina sekitar 157.000 orang, India 103.000, Jepang 21.000
orang, dan Indonesia sekitar 5000 – 6000 orang. Di Jerman, mahasiswa
asal Indonesia sekitar 2000 orang, namun mahasiswa Cina di Jerman sampai
25.000 orang. Penduduk China itu 5 kali lipat penduduk Indonesia, jadi
kalau mahasiswa Indonesia di Jerman hanya 2.000 orang artinya mahasiswa
Cina di Jerman itu 10.000. Tapi nyatanya mahasiswa Cina di Jerman sampai
23.000," ungkan Bimo Sasongko, Sekjen IABIE – Ikatan Alumni Beasiswa
Habibie kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (26/3/2016).
Dari hasil kajiannya di Australia, kata Bimo, mahasiswa Indonesia ada
11.000 orang, sedangkan asal Vietnam 10.000 orang. Padahal penduduk
Vietnam hanya sekitar 90 juta orang. Artinya kalau penduduk Indonesia
250 juta orang atau sekitar 3 kali Vietnam, idealnya mahasiswa Indonesia
di Australia 30.000 orang, nyatanya hanya 11.000 orang.
"Artinya Indonesia masih tertinggal dalam mengirimkan mahasiswa
Indonesia ke negara-negara maju seperti US, UK, Jepang, Australia,
Jerman begitu juga di negara-negara lain. Melihat dari perjalanan
sejarah yang menunjukkan ada 4 kejayaan, yaitu kejayaan Islam di abad
pertengahan, kejayaan Eropa, lalu kejayaan Jepang dan kejayaan Amerika
Serikat. Islam maju karena ribuan orang dikirim untuk menerjemahkan
buku-buku dari Yunani dan Romawi,'' katanya.
''Perlahan Eropa mulai bangkit dengan banyak mengirimkan ribuan orang
ke Cordova, Turki, Irak, dan Baghdad untuk menyerap ilmu pengetahuan
dari Islam hingga menjadi maju. Amerika Serikat pun maju dengan menyerap
ilmu pengetahuan dari Eropa. Jepang juga mengirimkan ribuan bahkan
ratusan ribu orang ke Amerika Serikat tahun 1800 an. Bahkan hingga saat
ini semua negara maju masih mengirimkan mahasiswanya ke negara-negara
maju lainnya. Jepang yang sangat maju sekali masih mengirimkan
mahasiswanya sebanyak 10.000 sampai 20.000 ke negara maju Amerika
Serikat," urai Bimo.
Untuk itu, melalui program Sejuta Habibie Untuk Indonesia, Bimo ingin
mewujudkan mimpinya, muncul jutaan Habibie – Habibie baru yang bisa
membuat bangsa Indonesia disegani negara lain, minimal ASEAN dan
kemudian di seluruh dunia.
- admin
- 25 April 2016
- 685
Leave a Comment