• (Tlp) 0859-7278-8032
  • (Wa) 0859-4633-3794
  • yayasankmm@gmail.com

Virus Inilah Yang Lebih Mengerikan Dibanding Virus Corona !!


flu_spanyol.jpg

Majalah Farmasetika – Skala mengerikan pandemi influenza 1918 yang dikenal sebagai “flu Spanyol” sangat sulit dipahami. Virus ini menginfeksi 500 juta orang di seluruh dunia dan membunuh sekitar 20 juta hingga 50 juta korban, termasuk di Indoensia.

Jumlah kematian ini merupakan jumlah yang lebih banyak dari jumlah prajurit dan warga sipil yang terbunuh selama Perang Dunia I. Berdasarkan sejarah yang ada, diketahui terjadi dalam 3 gelombang sebelum berakhir masa pandemi global, dan gelombang kedua adalah yang paling mematikan.

Ketika flu Spanyol pertama kali muncul pada awal Maret 1918, gejala flu ini memiliki semua ciri khas flu musiman, meskipun jenisnya sangat menular dan ganas. Salah satu kasus terdaftar pertama adalah Albert Gitchell, seorang juru masak Angkatan Darat A.S. di Camp Funston di Kansas, yang dirawat di rumah sakit karena demam 104 derajat. Virus menyebar dengan cepat melalui instalasi Angkatan Darat dimana merupakan rumah bagi 54.000 tentara. Pada akhir bulan, 1.100 tentara telah dirawat di rumah sakit dan 38 tewas setelah menderita pneumonia.

Menariknya, selama waktu inilah flu Spanyol mendapat ketimpangan. Spanyol netral selama Perang Dunia I dan tidak seperti negara tetangganya di Eropa, Spanyol tidak memaksakan sensor pada masa perang. Di Prancis, Inggris dan Amerika Serikat, surat kabar tidak diizinkan melaporkan apa pun yang dapat membahayakan upaya perang, termasuk berita bahwa virus yang melumpuhkan menyapu pasukan. Karena jurnalis Spanyol adalah satu-satunya yang melaporkan wabah flu yang meluas pada musim semi 1918, pandemi ini dikenal sebagai “flu Spanyol.”

Kasus flu Spanyol yang dilaporkan turun selama musim panas 1918, dan pada awal Agustus ada harapan bahwa virus itu telah menyebar. Dalam retrospeksi, itu hanya ketenangan sebelum badai. Di suatu tempat di Eropa, suatu strain virus flu Spanyol yang bermutasi telah muncul kembali dan memiliki kekuatan untuk membunuh seorang pria atau wanita muda yang sangat sehat dalam waktu 24 jam setelah menunjukkan tanda-tanda infeksi pertama.

Tetapi salah satu alasan utama bahwa flu Spanyol merenggut begitu banyak nyawa pada tahun 1918 adalah karena sains tidak memiliki alat untuk mengembangkan vaksin untuk virus tersebut. Mikroskop bahkan tidak bisa melihat sesuatu yang sangat kecil seperti virus sampai tahun 1930-an. Sebaliknya, para profesional medis terkemuka pada tahun 1918 yakin bahwa flu disebabkan oleh bakteri yang dijuluki “basil Pfeiffer.” Setelah wabah flu global pada tahun 1890, seorang dokter Jerman bernama Richard Pfeiffer menemukan bahwa semua pasiennya yang terinfeksi membawa jenis bakteri tertentu yang ia sebut H. influenzae. Ketika pandemi flu Spanyol melanda, para ilmuwan bermaksud menemukan obat untuk basil Pfeiffer.

Jutaan dolar diinvestasikan di laboratorium canggih untuk mengembangkan teknik pengujian dan perawatan H. influenzae, semuanya sia-sia. “Ini adalah gangguan besar bagi ilmu kedokteran,” kata Harris. Pada Desember 1918, gelombang kedua flu Spanyol yang mematikan akhirnya telah berlalu, tetapi pandemi itu masih jauh dari selesai. Gelombang ketiga meletus di Australia pada Januari 1919 dan akhirnya kembali ke Eropa dan Amerika Serikat. Diyakini bahwa Presiden Woodrow Wilson terkena flu Spanyol selama negosiasi damai Perang Dunia I di Paris pada bulan April 1919.

Comments

Leave a Comment

tidak bisa baca kode? klik DISINI untuk refresh.

Categories

Berita Terbaru

YKMM Peduli Korban SEMERU

Bencana Alam Gunung SemeruSabtu 4 Desember 2021, pukul 13.30 WIB Gunung Semeru memuntahkan

Australia Vs Burung Emu (Emu War)

Setelah Perang Dunia I, banyak veteran dari Australia dan beberapa veteran Britania yang b

Wow Fakta Lebah Madu!!!

Lebah madu telah di kenal oleh manusia sejak zaman budaya-budaya kuno beberapa ribu tahun